Sabtu, 27 Februari 2016

SEPI SANG PENYU

SEPI SANG PENYU

Sepi Sang Penyu
Teroleng-oleng sendirian
Melayar rindu
Di laut dalam janggawari

Alunan ombak Purus bermelankoli
Merawan hati lara Sepi Sang Penyu
Dalam kelam air asin
Dalam olak air melayuh
Dalam dingin air mengerip

Hampir lempur
Lara sepi Sang Penyu
Di laut dalam janggawari
Teroleng-oleng sendirian
Memendam rasa
Memendam rindu
Memendam pilu

Sepi hati Sang Penyu
Hanya DIA YANG MAHA TAHU.


Umamah Al-Edrus
10hb April 2010
Gombak, K.Lumpur.

Khamis, 25 Februari 2016

TAMAN-TAMAN PUSPA
Pagi mulai berdandan.Matahari dari punggung bumi mulai mengangkat alis matanya, sedikit demi sedikit, memboloskan pandangannya ke setiap penjuru alam. Lantas bumi, bukit-bukau, gunung-ganang dan pepohon hijau bangkit dari tidur yang culas. Daun-daun membuka wajah, membuka mulut lantas menghisap embun dari puting alam. Sementara puspa-puspa membelek muka, menata rias dengan kepelbagaian rona, tersengih-sengih lalu menghamburkan haruman dengan harapan bertemu jodoh untuk meneruskan zuriatnya.

Di celah-celah pepohon dan di gua-gua gunung, unggas dan haiwan melata yang malas menguap-nguap, sambil menahan silau dhuha yang sangat mengganggu ; di dera matahari agar bangkit dari tidur yang lena supaya keluar mencari rezeki. Kerana rezeki yang telah disediakan Tuhan itu tidak akan datang menggolek melainkan mesti berusaha mencari dan berusaha mendapatkannya. Namun sinaran mentari tidak sekuat dan sehebat puspa dalam menggerakkan diri. Haruman puspa, yang sudah cantik berdandan, merias diri dengan warna-warna pesona membuatkan unggas dan haiwan melata segera mencelikkan mata, menghidu haruman semerbak lalu menceceh dengan riuhnya, menari-nari bersama angin penjodoh sambil mengalunkan gurindam rindu. Rindunya bagaikan sepekan tidak bertamu sedangkan baru semalam tidak bertemu.

sh. umamah sy. abdullah al-edrus
7 Julai 2015
Kuala Lumpur.