Ahad, 12 Oktober 2014


KEKASIH - Usman Awang



Kekasih

akan kupintal buih-buih
menjadi tali
mengikatmu

akan kuanyam gelombang-gelombang
menjadi hamparan
ranjang tidurmu

akan kutenun awan-gemawan
menjadi selendang
menundungi rambutmu

akan kujahit bayu gunung
menjadi baju
pakaian malammu

akan kupetik bulan gerhana
menjadi lampu
menyuluhi rindu

akan kurebahkan mentari
menjadi laut malammu
menghirup sakar madumu

kekasih, hitunglah mimpi
yang membunuh realiti
dengan syurga ilusi

Nukilan: Usman Awang 1971

Ibuku ~ Usman Awang


IBUKU mempunyai seribu mimpi
Yang dipikulnya tiap hari
Sambil menimangku ia pun menyanyi:
Timang tinggi-tinggi,
Dapur tak berasap,
Bila besar nanti,
Jangan masuk lokap.

Ibuku tidak mengenal buku dan sekolah
Tiap pagi terbongkok-bongkok di lumpur sawah
Menggaru betisnya yang dikerumuni lintah.
Hatinya selalu teringat
Suaminya yang mati melarat
Setelah dikerumuni lintah darat

Ibuku tangannya kasar berbelulang
Mengangkat bata-bata bangunan
Wajahnya dibedaki debu berterbangan.
Ibu tidak pernah mengenal supermarket
Tinggal di bilik sempit
Upahnya buruhnya sangat sedikit

Ibuku tidak punya TV
Tidak berpeluang pula menontonnya
Tak pernah mengikuti laporan parlimen
Atau ceramah bagaimana menambah jumlah penduduk
Tidak pula tahu adanya forum kemiskinan
Atau pertunjukan masak-masakan
Dengan resepi yang sangat menakjubkan

Ibuku setiap pagi berulang ke kilang
Bekerja dengan tekun hingga ke malam
Mikroskop itu menusuk matanya dengan kejam
kaburlah mata ibu diselaputi logam

Ibuku tidak tahu tentang hak asasi
Apalagi tentang seni dan puisi.
Jika ditanya makna melabur
Nama-nama saham yang menjanjikan makmur
Atau tentang dasar pandang ke timur,
Ibu tersenyum menunjukkan mangkuk bubur
Yang melimpah kanji beras hancur

O ibuku sayang
Di negerimu kau menumpang.
Sesekali kudengar ibu menyanyi
Pantun tradisi caranya sendiri:
Siakap senohong,
Gelama ikan duri,
Bercakap bohong,
Tak boleh jadi menteri

Usman Awang

BAGAIMANA KALAU-Usman Awang

BAGAIMANA kalau semua jalan raya ibu kota
dibuat jalan sehala untuk semua motokar
menuju ke luar bandar,
kemudian tiap jalan masuk ke ibu kota
dibubuh papan tanda besar:
NO ENTRY
kecuali Proton Saga.
apakah semua orang membeli motokar
Buatan Malaysia?

Bagaimana kalau segala simpang
Tiap jalan raya ibu kota yang malang
termasuk simpang Rumah Perdana
digali beberapa lubang yang dalam
oleh pekerja LLN yang rajin;
Kemudian digali lagi lubang-lubang lain
oleh para pekerja JKR yang lebih rajin;
Datang pula para pekerja Telekom
yang tiga kali lebih rajin menggali lubang lain
Maka malamnya hujan pun turun dengan lebatnya
Tanpa henti tujuh hari tujuh malam lamanya?

Bagaimana kalau janakuasa seluruh negara
rosak teruk dengan tiba-tiba.
Kemasukan minyak tanah dihentikan
Semua gas Petronas jadi angin
Semua lilin jadi cair
Semua bateri hilang kuasanya,
Sedang malamnya nanti jamuan besar pengantin
di rumah baru Perdana Menteri
Bagaimana kalau semua fail dan rekod
di pejabat Cukai Pendapatan tiba-tiba padam
semua angka pendapatan,
kecuali fail para tauke besar dan
fail pada menteri dan M.P yang
banyak perusahaan dan perdagangan
yang namanya disamarkan?
Bagaimana kalau pada suatu saat
Ketika menjalankan tugas yang maha berat
Untuk segala keturunan dan zuriat
Pak Mudim tersilap meletakkan mata pisau
Terpangkas sampai ke pangkal…
Tercapaikah impian Perdana Menteri meningkatkan
Penduduk Malaysia sebanyak 70 juta?

Bagaimana kalau YB Menteri berkenaan
Berucap di Parlimen membentangkan projek negara
Tiba-tiba sakit perut memulas-mulas
lalu tergesa mencari tempat ‘melepas’
Tapi malangnya semua tandas penuh sesak
Dicangkungi oleh YB ahli-ahli pihak pembangkang?


1979/1984

BALADA TERBUNUHNYA BERINGIN TUA DI PINGGIR BANDAR SEBUAH BANDARAYA

BERINGIN tua di pinggir jalan raya
di sebuah ibu kota yang setengah muda
ratusan tahun usianya berdiri
menadah matari memayungi bumi
burung-burung berterbangan menyanyi
di sini rumah mereka, di sini keluarga bahagia
kupu-kupu berkejaran dalam senda guraunya
anak-anak bermain di keteduhan pedunya.

Tiba-tiba pagi yang hitam itu datang
gergasi teknologi menyerangnya
dengan kejam membenamkan gigi-gigi besi
sehingga terdengarlah jeritan ngeri
suara Beringin rebah ke bumi.
Sampai sekarang, tiap senjakala lembayung petang
dengarlah suara Beringin mengucapkan pesan:


Selamat tinggal, selamat tinggal wahai awan
Selamat tinggal matari selamat tinggal bulan
Selamat tinggal kupu-kupu sayang
Selamat tinggal wahai burung-burung bersarang
Selamat tinggal anak-anak bermain riang.
Namaku Beringin pohon tua yang terbuang
dimusuhi oleh rancangan bernama Pembangunan.

1979

POLITIK-Usman Awang


BETAPA kita boleh dipisahkan?
Langit tua dan sejarah yang hitam
Dunia kita yang saling bertentanga

Siapa di antara kita dituduh pengkhianat?
Siapa pula yang nanti mengukur hakikat,
Sedang manusia serba lemah kesempurnaan kudrat?
Betapa persaudaraan telah musnah dan jahanam,
Bukan sekadar kata carik-carik bulu ayam,
Kerana kesucian tujuan di tangan manusia trhumban.

Hitunglah sejak Adam meninggalkan syurga,
Betapa zaman telah memagut usia dunia,
Kita semakin jauh hanyut dalam arus sengketa

Manusia seperti bintang-bintang bertebaran di langit,
Dunia serupa bulan bulat sekadar satu cuma,
Mengapa kita kehilangan daya membancuh warna,
Seperti bintang mengilau cahaya ke bulan purnama?
Berlagulah di serunai hayat yang senafas hirup,
Nyanyian persaudaraan dalam batin yang harus hidup,

Meski antara kita faham-faham berlainan terpaut.
1959
AYAH BELUM PULANG- Usman Awang

Anak-anak menanti ayahnya kembali
ah, berkocak dadanya dalam janji
sekotak aiskrim dari ayah
mana ayah? Anak masih menati.

Betapa ayah tak pulang-pulang
penjual aiskrim lalu berkali ulang
nanti nak, ayah di perjalanan
tapi berapa lama menanti
ayah masih tak tiba lagi.
Pulanglah ayah wajahnya basah
tangan si anak panjang menadah
tapi, anak sayang, saksikanlah
ayah tak punya rokok sebatang
janji jadi tangis maha pedih
nantilah, anak sayang, jika pak cikmu datang
mungkin dia membawakan sekotak aiskrim

Tapi berbulan pak cik tak pernah datang
ayah masih juga mencari pekerjaan

1961